Selasa, 17 Agustus 2010

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ATRAKTIF

Oleh Br. Theo Riyanto, FIC

Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup ditengah-tengah masyarakat.

Sedangkan Pendidikan Berbasis Kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dapat dikuasai siswa baik secara pengetahuan maupun kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Singkatnya adalah sekaligus mengetahui dan mampu menerapkan apa yang dikatahuinya itu. Oleh karena itu pendidikan yang berbasis kompetensi uji mutunya terletak pada kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tertentu.

Pembelajaran berbasis kompetensi berarti suatu program pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Maka dalam pembelajaran berbasis kompetensi yang perlu adalah adanya rumusan kompetensi yang ingin dicapai secara spesifik, jelas dan terukur; strategi penyampaian yang menekankan keaktifan siswa, dengan penggunaan metode yang kolaboratif dan manajemen waktu yang tepat; serta sistem evaluasi yang tidak hanya mengukur daya ingat saja tetapi lebih-lebih pada daya nalar dan keterampilan. Yang pokok adalah penguasaan kompetensi dasar, oleh karena itu materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi dapat dihilangkan. Dasar proses pembelajaran adalah kompetensi, sehingga kegiatannyapun harus merunut pada kompetensi yang telah dirumuskan, bukan berdasarkan pada banyaknya dan urutan materi yang ada. Dengan demikian dibutuhkan keterampilan bagi para pendidik untuk merumuskan kompetensi dasar dan sekaligus menyeleksi materi yang ada, serta strategi pengalaman belajar yang membuat siswa dengan "gampang" mencapai kompetensi dasar.

PEMBELAJARAN AKTIF
Proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, Kelas I dan II Sekolah Dasar sangat dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang aktif. Berbagai macam aktivitas perlu diterapkan dalam pembelajaran apapun. Dengan bermain, menari, berolahraga, dramatisasi, gerak tangan dan kaki, apapun yang merupakan aktivitas positif dapat diterapkan. Proses pembelajaran pada usia dini yang telah mengikat anak pada suatu disiplin ketenangan duduk dan terlalu banyak di kelas dengan hanya mendengarkan, dan mencatat, tidaklah tepat.

Yang dimaksud dengan pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan berlatih. Pendidik adalah fasilitator, suasana kelas demokratis, kedudukan pendidik adalah pembimbing dan pemberi arah, peserta didik merupakan obyek sekaligus subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif. Disini dibutuhkan partisipasi aktif di kelas, bekerja keras dan mampu menghargainya, suasana demokratis, saling menghargai dengan kedudukan yang sama antar teman, serta kemandirian akademis.

Beberapa petunjuk penerapan Pembelajaran Aktif:
a. Mulailah pelajaran dengan menanyakan ringkasan atau apa yang penting dari pelajaran yang lalu. Mintalah peserta didik untuk membagikan apa yang mereka tulis atau ketahui kepada teman sekelas.

b. Mintalah peserta didik untuk mengajukan pertanyaan apa yang belum mereka pahami atau minta keterangan lebih lanjut mengenai pelajaran yang lalu atau pelajaran yang akan diberikan.

c. Mintalah peserta didik untuk menerka materi apa yang akan diberikan pada hari ini.

d. Meminta peserta didik untuk menuliskan komentar/mengomentari secara lisan topik atau tema yang akan dibahas.

e. Gunakanlah teknik permainan "jigsaw" untuk sarana permainan dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok memiliki tugas yang sama, tetapi sedikit informasi, sehingga mereka harus bekerjasama.

f. Mempersiapkan diskusi dengan menanyakan sesuatu, menyebutkan angka satu untuk yagn setuju atau menunjukkan kertas warna hijau, angka dua atau warna merah untuk yang tidak setuju, dan angka tiga atau warna kuning untuk yang ragu-ragu. Kemudian berdasarkan jawaban itu peserta didik diminta untuk mengajukan alasan atau argumentasinya.

g. Kerja kelompok, dimana setiap kelompok melakukan aktivitas tertentu sesuai dengan topik atau tema yang sedang dibahas/disampaikan.

h. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk menuliskan ringkasan menurut bahasanya sendiri. Atau diminta untuk membuat suatu tanggapan sesuai dengan kemampuannya entah dengan menggambar, membuat puisi, mengekspresikan dengan gerakan, menyanyi dan atau menari.

i. Peserta didik diminta untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pokok atau tema bahasan, setelah ditukarkan dengan teman yang lain (misalnya sebangku), kemudian diminta untuk mengerjakannya sebagai pekerjaan rumah.

j. Siswa diminta untuk memberikan contoh dari pengalamannya yang berkaitan dengan pokok/tema yang baru saja dibahas.

Anjuran praktis ini, terbuka akan penyesuaian dengan tingkat dan jenjang pendidikan yang ada.


PEMBELAJARAN ATRAKTIF

Pembelajaran atraktif adalah suatu proses pembelajaran yang mempesona, menarik, mengasyikkan, menyenangkan, tidak membosankan, variatif, kreatif dan indah. Dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak dan kelas I dan II Sekolah Dasar sangat diperlukan proses pembelajaran yang atraktif. Sebab pada umumnya anak-anak pada usia dini masih cepat bosan belajar dan berlatih, kegiatannya ditentukan oleh suasana hati dan menyenangi hal-hal yang indah, warna-warni, menggembirakan, dan mengumbar daya imajinasi yang tinggi dan liar. Pendidik hendaknya piawai dalam hal menciptakan proses pembelajaran yang mempesona dan membesut metode serta sarana yang mampu membuat mereka asyik belajar, bermain, melakukan sesuatu dengan variasi yang memadai. Pendidik harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan alat dan sarana belajar, alat permainan serta lagu-lagu atau cerita-cerita sederhana dan ringkas. Sehingga tidak kekurangan akal dan sarana untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keterpesonaan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat ditentukan oleh karena keterampilan pendidik dalam mendongeng atau bercerita; keterampilan membuat alat dan sarana bermain; kepandaian pendidik dalam menyanyi, kreativitas pendidik dalam menggunakan barang-barang bekas menjadi alat peraga; keterampilan pendidik dalam memilih metode secara variatif; dan penciptaan suasana kelas yang menggembirakan, menyenangkan dan nyaman. Namun ada satu hal yang sangat penting dari semua itu yaitu kepandaian pendidik dalam membangun komunikasi dan keakraban dengan peserta didik. Komunikasi yang lancar, keakraban yang sangat erat akan menentukan semua proses pembelajaran menjadi atraktif.

Oleh karena itu tidak kalah pentingnya adalah penampilan profil pendidik di depan kelas. Apakah dalam berpakaian telah sewajarnya sesuai dengan tugas dan peran yang sedang dilakukan. Apakah ekspresi wajah dan tubuh menampakkan keceriaan, kebahagiaan, kegesitan, kelincahan. Apakah dalam ungkapan kata-kata dan perilaku lebih menunjukkan kesantunan, penghargaan yang positif terhadap anak-anak. Apakah pendidik mampu "mensejajarkan" diri dengan anak-anak yang sedang dihadapinya. Sehinga peserta didik merasa nyaman, tentram, damai, senang dan bergairah dalam belajar dan berlatih. Singkatnya guru yang atraktif adalah guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta sikap profesional dalam mengusahakan proses pembelajaran yang mempesona, menarik dan menyenangkan, yang dimulai dari penciptaan profil diri yang menarik dan mempesona bagi anak.

Selain unsur pendidik, strategi pembelajaran, suasana kelas, pembelajaran atraktif juga ditentukan oleh keadaan kelas dan sarana prasarananya. Untuk ruang kelas Taman Kanak-Kanak dan juga ruang kamar di rumah, sangat mendukung jikalau dipenuhi dengan warna-warni keceriaan. Ini juga sekaligus untuk memperkenalkan warna-warna dasar. Alat dan sarana permainan juga dicat dengan warna-warni ceria, yang mengungkapkan unsur dinamis.

Catatan yang cukup penting adalah bahwa peserta didik diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk menggunakan alat dan sarana yang ada. Memang penting diajari bagaimana menggunakan alat dan sarana dengan tepat, tetapi jangan sampai dilarang hanya karena supaya tidak cepat rusak. Alat dan sarana yang disediakan di ruang kelas atau kamar bermain anak adalah untuk bermain, belajar dan berlatih. Melarang penggunaannya hanya menjadikan hambatan dalam kemajuan belajar anak-anak. Lebih baik alat dan sarana itu rusak karena dipakai untuk berlatih, belajar dan bermain, daripada rusak hanya karena disimpan.

Sifat pokok dari pembelajaran atraktif adalah memukau, menarik, menyenangkan, indah. Atraktif dari segi fisik menyangkut ruangan kelas, taman bermain, dan alat sarana permainan. Atraktif dari segi suasana menyangkut profil pendidik yang murah senyum, ramah, memiliki kasih sayang yang memadai terhadap anak-anak, berhubungan akrab. Serta atraktif dalam proses pembelajaran yang menyangkut penggunaan metode yang kolaboratif dan variatif, tempat pembelajaran yang tidak hanya di dalam kelas saja tetapi juga di luar kelas (out door). Orientasi untuk Taman Kanak-Kanak adalah bermain dan bernyanyi. Sedangkan orientasi untuk Anak kelas I dan II Sekolah Dasar adalah pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung, dengan suasana bermain, bernyanyi, dan berlatih secara sederhana dan tidak menekan.

Penampilan dari pembelajaran atraktif misalnya nampak pada ruangan kelas dekoratif, banyak dipajang dan juga digantungkan hiasan-hiasan yang bersifat mendidik untuk mengenalkan lingkungan terdekat anak-anak yang indah. Selain itu juga harus menunjukkan estetika, termasuk warna cat, jenis permainan, gambar-gambar. Di dalam rangan bermain hendaknya tersedia banyak media bagi anak-anak, media untuk mengenal bangunan, untuk mengenal gambar huruf dan angka, media untuk mengenal benda-benda sekitar, media untuk mengenal buah-buahan, sayur-sayuran. Pada pokoknya media yang dapat menolong anak untuk mengenali dirinya sendiri dalam tema "AKU", "Panca Indera" dan "Keluarga". Sejauh mungkin terdapat alat peraga dan alat bantu bermain atau berkegiatan, yang diusahakan oleh para pendidik. Penampilan taman bermain sejauh mungkin juga memperhatikan kaidah-kaidah estetika, warna-warni, bervariasi, dekoratif, tetapi tetap aman dan nyaman digunakan. Jangan lupa juga agar terdapat ilustrasi dan situasi penuh warna. Jadi singkatnya dalam penampilan kelas atau ruangan, taman bermain lengkap dengan alat-alat permainannya, gambar/ilustrasi, hendaknya menarik, mempesona dan memukau anak-anak. Diharapkan dengan penampilan yang demikian anak-anak akan merasa tidak bosan untuk belajar di sekolah. Hal ini masih penting juga diusahakan di kelas I dan II Sekolah Dasar.

Pada pendidikan usia dini yang ditekankan ialah pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk Taman Kanak-Kanak lebih ditekankan pada pengenalan dan pengembangan peran serta fungsi diri dengan Tema "AKU", pengenalan dan pengembangan fungsi "Panca Indera", serta pengenalan dan pengembangan hubungannya dalam "Keluarga". Dari situ baru dikembangkan dalam hal kemampuan daya pikir, perasaan dan keterampilan seperti membaca, menulis dan berhitung, mengendalikan diri, bekerja sama, yang semuanya masih disampaikan dalam suasana gembira, ceria dalam bermain dan bernyanyi serta menari/gerak.


PEMBELAJARAN BERDASARKAN KECERDASAN JAMAK

Pendidikan sekarang ini terlalu dipersempit pada pengembangan kecerdasan pikir yang diukur dengan IQ saja. Pengertian ini harus digeser pada pemahaman bahwa sebenarnya setiap orang memiliki kecerdasan jamak/majemuk. Pendidikan dan pembelajaran seharusnya memobilisasi kecerdasan jamak/majemuk. Artinya, sekolah dalam menyusun kurikulum, atau pendidik dalam menyusun proses pembelajaran, atau orang tua dalam mendidik dan melatih putra-putrinya, bertanya bagaimana dapat membantu sebaik mungkin anak-anak yang memiliki kecerdasan logika-bahasa (bercerita), musik, berelasi dan berkomunikasi, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang, dan kecerdasan intra pribadi. Kurikulum kita yang tradisional ternyata tidak banyak membantu perkembangan kecerdasan peserta didik. Banyak anak tidak sukses dalam belajar, hasilnya dibawah ukuran kecerdasannya, sebab tidak ada sarana dan kesempatan untuk mengambangkan dan melatih kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki. Menurut Howard Gardner, hanya dua saja yang sangat ditekankan di sekolah-sekoloah yaitu kecerdasan logika matematis dan logika bahasa.

Dalam kecerdasan jamak, anak yang mungkin tidak mampu di dalam kecerdasan logika matematika dan bahasa, dia dapat dikembangkan dengan lima kecerdasan lainnya. Mungkin dapat dibantu untuk mengembangkan kecerdasan musiknya, keterampilan gerak badannya dalam menari atau berolah raga, dilatih kecerdasannya dalam pergaulan, bagaimana memahami orang lain, bagaimana bekerjasama. Singkatnya setiap anak dapat dilatih dan dikembangkan melalui tujuh macam kecerdasan yang ada. Misalnya sejauh mungkin di dalam proses pembelajaran atau di dalam kelas, pendidik mengusahakan pusat-pusat pembelajaran atau waktu-waktu yang difokuskan pada bermacam kecerdasan yang ada. Misalnya ada pusat seni (baik untuk seni rupa/lukis, drama), pusat matematika (untuk berhitung, menggambar angka, himpunan), pusat musik (seni musik dan seni suara), pusat bahasa (untuk membaca, mengarang, komunikasi), pusat proyek bersama, dan pusat untuk kerja individual. Dengan demikian setiap anak akan terlayani dengan baik, tidak hanya terfokus pada mereka yang memiliki kecerdasan logika bahasa dan matematika.

Salah satu penyebab kegagalan belajar di sekolah dikarenakan pendidik memandang bahwa setiap anak itu memiliki pola belajar mengajar yang sama, sehingga tidak menyediakan proses dan menu pembelajaran yang berbeda-beda. Akibatnya hanya anak-anak tertentu saja yang maju yaitu yang memiliki kecerdasan logika bahasa dan matematika yang lumayan baik. Kita kurang mengembangkan metode kolaboratif dan variatif dan pusat-pusat pembelajaran, sehingga sangat sedikit anak yang terbantu dalam mengembangkan dan melatih kecerdasan. Kita juga kurang mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berdasar pada kecerdasan majemuk seperti supermarket yang menyediakan berbagai menu dan cara pendekatan pembelajaran.

Di Taman Kanak-Kanak dan kelas I dan II Sekolah Dasar sangat diperlukan menu dan proses pembelajaran berdasarkan kecerdasan jamak/majemuk. Pendidik merancang sedemikian rupa ruangan kelas, alat peraga, alat permainan, kelompok belajar, metode, tugas, sehingga ketujuh kecerdasan yang ada dapat dilatihkan dan dikembangkan. Juga yang tidak kalah penting adalah menyediakan sarana dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi, baik berinteraksi dengan dirinya sendiri maupun berinteraksi secara sosial dengan orang-orang terdekat. Sebab suasana yang kondusif dalam pergaulan (relasi dan komunikasi), serta kemampuan untuk mengenal diri sendiri, mengembangkan sikap empati, simpati dan juga rasa persaudaraan yang saling mengembangkan. Mungkin dua motto berikut dapat memotivasi kita dalam melaksanakan proses pembelajaran berdasar kecerdasan jamak: Pertama, "Semua anak itu cerdas dan ajarlah (didiklah) setiap anak sesuai dengan keunikan talentanya masing-masing." Kedua, " Kenalilah dirimu sendiri dan berjalanlah beriringan dengan teman-temanmu, merupakan keterampilan kunci untuk mengembangkan kecerdasan."

Hasil salah satu penelitian:
Hasil penelitian dari suatu sekolah yang telah melaksanakan pendekatan pembelajaran dengan tujuh pusat atau tujuh kecerdasan yang berbeda-beda, menunjukkan suatu hasil yang sangat penting. Siswa belajar melalui membaca, menulis, komputer, pemecahan masalah secara kooperatif, bergerak dan "membangun sesuatu", menyanyi dan menciptakan irama, dan melalui bentuk-bentuk seni yang lain. Kurikulum dan proses pembelajarannya dirancang baik secara tematis maupun perpaduan antar berbagai disiplin ilmu. Setelah diadakan penelitian selama tiga tahun melalui jurnal harian, penelitian suasana kelas, dan juga peningkatan hasil belajar siswa, hasilnya sebagai berikut:

a) Menunjukkan adanya peningkatan sikap ketidaktergantungan, tanggungjawab dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran

b) Menunjukkan perubahan perilaku untuk menghadapi suatu masalah

c) Menunjukkan adanya peningkatan kemampuan untuk bekerja sama secara kooperatif

d) Kemampuan kelompok dalam bekerja menggunakan berbagai macam cara dan media, paling tidak menggunakan 4 sampai 5 pendekatan kecerdasan jamak

e) Peserta didik yang memiliki kecerdasan gerak tubuh umumnya lebih beruntung karena pendekatan dinamis dan bergerak

f) Terlatih sikap-sikap kepemimpinan, karena aktif bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

g) Di rumah menjadi lebih rajin, lebih aktif belajar, lebih positif sikapnya terhadap kegiatan-kegiatan sekolah

h) Proses kegiatan dengan musik atau lagu dan bergerak dari pusat belajar yang satu dengan yang lainnya, menjadikan anak lebih bergairah dalam hidup dan bahagia

i) Peran pendidik semakin berubah dari instruktor, informator ke fasilitator, pendamping lebih sebagai sumber belajar yang mendampingi peserta didik

j) Peserta didik menunjukkan peningkatan kemampuan dalam berpikir, merasakan, bekerjasama, dan menunjukkan keaktifan yang efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar