Selasa, 10 April 2012

PTK

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR PADA SISWA KELAS VIIIA SEMESTER 2 SMPN 1 GUMUKMAS TAHUN PELAJARAN 2OO8/2009


OLEH : SAMSULHADI, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca dan menulis. Menguasai ilmu matematika, membaca, dan menulis berarti mempunyai harapan untuk mudah dan cepat memahami ilmu pengetahuan yang lain. Sehingga tidak mengherankan apabila setiap dikeluarkanya kebijakan tentang Ujian Negara/ Nasional pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, matematika pasti menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan. Tetapi yang memprihatinkan, matematika sering menjadi penyebab siswa tidak lulus ujian.

Berdasarkan keterangan dari pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Jember prosentase kelulusan siswa SMP Kabupaten Jember menduduki peringkat paling bawah pada peringkat prosentase kelulusan siswa SMP tingkat Propinsi Jawa Tengah pada tahun pelajaran 2006/2007. Sebagian penyebab ketidaklulusan berasal dari perolehan nilai mata pelajaran matematika yang masih kurang. Sehingga guru dianjurkan untuk melakukan inovasi dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti model pembelajaran dengan multimedia ( sambutan Kasie Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember pada Pembukaan Workshop Multimedia Guru Matematika SMP Se-Kabupaten Jember, Tanggal 20 Nopember 2007 ).

Hal di atas juga diakui oleh beberapa guru di Kabupaten Jember. Menurut mereka sebagian besar siswa tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, bahkan menganggap mata pelajaran matematika sebagai momok mata pelajaran yang dibenci dan ditakuti. Masih adanya kesulitan guru dalam memahamkan hal-hal yang abstrak kapada siswa, pembelajaran yang kurang menyenangkan karena masih mengandalkan dengan metode ceramah saja menambah rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika, dan model pembelajaran yang tidak efektif dalam memahamkan konsep menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman guru matematika kelas VIIIA SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember dalam mengajar selama ini, minat siswa dalam pembelajaran matematika masih kurang, siswa kurang memahami materi yang diajarkan guru dan masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Dengan menggunakan Skala Perbedaan Semantik, diperoleh informasi prosentase minat siswa terhadap belajar dan mengerjakan soal-soal matematika sebagai berikut: Menyatakan menarik dan tidak membosankan 42,86%, senang dan tidak terpaksa 38,10%, menantang 35,71%, bermanfaat/menguntungkan 76,16%, mudah/tidak berat 28,57%. Dari indikator tersebut diperoleh prosentase minat sebesar 44,29%.

Pengalaman juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat di antaranya dari nilai ulangan harian pada materi pokok sebelum dilaksanakan penelitian (pra-siklus). Dimana jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar baru 35,71 % dari 42 siswa. Dan rata-rata nilai ulangan hariannya sebesar 55,40.

Sesungguhnya matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari. Sebagai contoh, bangun-bangun ruang dan datar pada dasarnya didapat dari benda-benda kongkret dengan melakukan proses abstraksi dan idealisasi dari benda-benda nyata. Proses pembelajaran matematika harus dapat menghubung-kan antara ide abstrak matematika dengan situasi nyata yang dialami atau diamati oleh siswa. Tentunya proses pembelajaran tidak efektif apabila guru hanya bercerita (ceramah) tentang hal-hal yang terjadi. Untuk itulah diperlukan media pembelajaran, media yang dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan dapat dibaca. Media yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan adanya pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, diperlukan media pembelajaran yang menampilkan benda-benda kongkret atau kejadian-kejadian nyata diluar kelas sehingga dapat diamati oleh siswa di dalam kelas, agar lebih kontekstual, lebih mudah dipahami, dan diharapkan lebih efektif. Sebenarnya SMPN 1 GUMUKMAS sejak tiga tahun yang lalu telah mempunyai sarana pembelajaran dengan multimedia seperti: TV, Video player, komputer/laptop, LCD, dan peralatan audio, tetapi selama ini siswa kelas VIII A belum pernah menerima model pembelajaran dengan multimedia.

Dalam upaya meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar, proses pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan multimedia. Misalnya dengan menggunakan media (teks, grafis, foto, video, audio, dan animasi) yang disajikan dengan program microsoft power point. Perangkat yang digunakan adalah komputer/laptop, LCD, dan speaker aktif (sound system). Model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran, misalnya menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction ), dengan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Tetapi proses penyampaian informasi lebih banyak dengan menggunakan penayangan gambar/foto dan rekaman kejadian sehari-hari, penyampaian konsep yang memerlukan urutan langkah dengan prosedur tertentu digunakan animasi dengan program microsoft powerpoint.

Hal tersebut di atas, mendasari perlunya diadakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan judul “PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN MULTI-MEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI BANGUN RUANG SISI DATAR PADA SISWA KELAS VIIIA SEMESTER II SMP NEGERI 1 GUMUKMAS TAHUN PELAJARAN 2008/2009 ”.

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian atau tafsiran dalam pemakaian istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini maka diperlukan penjelasan pengertian istilah sebagai berikut:

1. Model Pengajaran Langsung
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan prosedural dan atau pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari tahap demi tahap seperti keterampilan motorik, metode ilmiah, keterampilan penelitian, cara belajar dan lain-lain. Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Sedang pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu seperti pengetahuan tentang konsep, prinsip dan informasi. Kontekstual artinya guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Dikdasmen:2005).
Adapun contoh pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Sedangkan contoh pengetahuan deklaratif misalnya pengetahuan tentang pengertian kubus, balok, prisma dan limas. Diharapkan model pengajaran langsung sesuai dengan karakteristik materi pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.

2. Multimedia
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar (Sadiman,2006:6).

Multimedia secara harfiah dapat diartikan; “multi” adalah banyak, sedangkan “media” mempunyai makna wadah/tempat atau saluran. Jadi multimedia mempunyai arti gabungan dari berbagai media/saluran. Namun sejalan dengan perkembangan yang pesat pada cara penggabungannya, multimedia menjadi semakin terintegrasi. Jenis-jenis media yang dapat menjadi komponen dalam multimedia adalah: teks, grafis, foto/gambar, video, audio, dan animasi. (Mulyanto, 2007:2)
Multimedia merupakan kombinasi dari perangkat keras dan perangkat lunak (software) yang memungkinkan dapat mengintegrasikan berbagai media tersebut untuk mengembangkan presentasi yang efektif.
Dalam penelitian ini multimedia yang digunakan adalah komputer, LCD, speaker aktif (sound sistem) dengan software program Microsoft Power Point.

3. Minat Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, minat berarti perhatian; keinginan untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu; berminat berarti mau, suka, ingin akan (JS Badudu,1996:899).
4. Hasil Belajar
Perlu diketahui bahwa hasil belajar siswa tidak ditentukan hanya dari lulusnya siswa dari suatu atau keseluruhan tes yang diberikan (aspek kognitif), tetapi juga terbentuknya sikap, kepribadian, dan keterampilan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran (meliputi aspek afektif dan psikomotorik) (Ismail,2007:9.18).

5. Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang dibatasi seluruhya oleh bidang datar (Dikdasmen: 2005). Bangun ruang sisi datar merupakan materi mata pelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama kelas VIII semester II pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Dalam hal ini bangun ruang sisi datar yang dimaksud adalah kubus, balok, prisma, dan limas.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Apakah dengan menerapkan model pengajaran langsung (Direct Instruction) dengan multimedia dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika standar kompetensi Bangun Ruang Sisi Datar pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 ?

D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian tindakan (action research) ini adalah untuk mengetahui meningkat tidaknya minat dan hasil belajar matematika standar kompetensi Bangun Ruang Sisi Datar pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Gumukmas semester II tahun pelajaran 2008/2009 setelah diterapkan model pengajaran langsung (Direct Instruction) dengan multimedia.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat diperoleh pihak-pihak tertentu, yaitu:

1. Siswa, yaitu diharapkan bahwa melalui model pembelajaran dengan multimedia, siswa semakin tertarik dan semakin berminat dalam belajar. Sehingga aktifitas belajar dan hasil belajar siswa meningkat.

2. Guru, yaitu diharapkan dapat membuka cakrawala berfikir guru bahwa kreativitas guru dalam pembelajaran termasuk penerapan model pembelajaran dengan multimedia merupakan bagian dari upaya memperbaiki kinerja guru dan profesionalisme guru dalam pembelajaran.

3. Pihak sekolah, yaitu akan bertambah literaturnya dan akan membantu sekolah di dalam mengambil kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan.


BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Belajar
Menurut Robert M. Gagne belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah tingkah laku secara permanen. Sedangkan menurut Edward I. Thorendike dasar terjadinya belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (Ismail,2007: 2.2).
Dave Meier (2000:90-92) berpendapat bahwa: Belajar akan berlangsung optimal jika menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua panca indera. Dan dalam belajar mengandung unsur-unsur: (1) somatis, yakni belajar dengan bergerak dan berbuat, (2) auditori, yakni belajar dengan berbicara dan mendengar,(3) visual, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan (4) intelectual, yakni belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Konsep belajar dari Dave Meier ini sedikitnya ada kesamaan dengan konsep belajar yang diajukan oleh Bobbi Deporter (1999:85) yang mengatakan bahwa : Modalitas belajar meliputi visual, auditorial dan kinestetik. Meskipun penggambarannya dari sudut pandang yang berbeda, namun sama-sama melibatkan fungsi penglihatan, pendengaran dan anggota tubuh seperti melihat, mendengar, meraba, berbicara, dan berbuat. Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil yang representatif yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Ada tiga tahap representatif yang dapat digunakan seseorang untuk belajar dari lingkungannya, yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana informasi atau pengetahuan itu harus dipelajari secara aktif oleh peserta didik dengan menggunakan benda-benda konkrit.
b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual (gambar, skema, diagram, grafik, tabel, dan sebagainya) yang menggambarkan situasi konkrit ysng terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c. Tahap Simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbolsimbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
Menurut Bruner, proses belajar seseorang akan berlangsung optimal jika proses belajar diawali dari tahap enaktif, apabila tahap ini sudah cukup beralih ke tahap ikonik, dan selanjutnya ke tahap simbolik (Dikdasmen:2005).
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terjadi jika ada perubahan tingkah laku manusia akibat pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Apabila stimulus yang diberikan dapat ditangkap oleh semua panca indera manusia, maka pembelajaran dapat berlangsung optimal. Demikian pula halnya dengan aktifitas intelektual (aspek kognitif) juga sangat dipengaruhi pengunaan seluruh panca indera manusia pada saat pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, guru sebaiknya mencari media pembelajaran yang dapat ditangkap oleh sebagian besar panca indera siswa, agar proses pembelajaran lebih efektif.
2. Minat Belajar
Minat berarti perhatian; keinginan untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu; berminat berarti mau, suka, ingin akan (JS Badudu,1996:899).
Beberapa cara yang dapat membangkitkan minat siswa adalah:
a. Mengaitkan topik yang dibahas dengan kegunaannya di masyarakat, di tempat kerja, dan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Memberi kesempatan mendapatkan hasil yang baik (sense of succses).
c. Menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran.
d. Mengaitkan materi baru dengan materi lama.
Minat belajar juga berkaitan erat dengan motivasi. Apabila siswa mempunyai motivasi yang tinggi maka ia akan: a)memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian; b) bekerja keras dan memberikan waktu kepada usaha tersebut; c) terus bekerja sampai tugas terselesaikan.
Motivasi adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. Motivasi terbaik adalah motivasi intrinsik, suatu motivasi yang tumbuh dari kesadaran diri pribadi sendiri yang didorong oleh cita-cita atau harapan pribadi. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tumbuh karena pengaruh dari luar. Misalnya untuk memotivasi siswa pada awal pembelajaran dapat digunakan cerita menarik, masalah menantang, sejarah matematikawan, gambar menarik, aplikasi konsep dan sebagainya. Untuk proses belajar mengajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama. Motivasi ekstrinsik dapat diberikan oleh guru dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar yang kondusif. Dengan memberikan jalan penguatan (reinforcement) maka motivasi yang mula-mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan akan berubah menjadi motivasi intrinsik (Dikdasmen,2005).
Selanjutnya motivasi dan minat belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai.
3. Hasil Belajar
Bloom (1981:4) menggambarkan hubungan antara hasil belajar dengan faktor-faktor belajar dengan mengatakan bahwa: Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kognitif dan afektifnya saat belajar. Dan kualitas pengajaran yang diterimanya dipengaruhi oleh cara pengelolaan proses interaksi kelas.
Bloom membedakan tiga macam hasil belajar yaitu: (1) pengetahuan kognitif, (2) hasil belajar afektif, dan (3) psikomotorik.
Penggolongan hasil belajar tersebut sesuai dengan tuntutan pembelajaran dewasa ini, yaitu mengacu pembelajaran kontekstual yang menghendaki tercapainya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Model Pengajaran Langsung
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pengajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pengajaran langsung.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.

Fase-fase model pembelajaran langsung dapat disajikan pada table berikut ini:
Fase Peran Guru


5. Multimedia
Jenis-jenis media yang dapat menjadi komponen dalam multimedia adalah: teks, grafis, foto, video, audio dan animasi.
a. Teks merupakan media yang dapat mendukung pembelajaran pada semua aspek keterampilan dengan baik. Teks baik sekali untuk menyampaikan berbagai informasi verbal, membangun keterampilan intelektual, menimbulkan tumbuhnya strategi kognitif, melatih ketarampilan motorik, serta membentuk sikap. Teks terkadang lebih efektif daripada video atau audio. Akan tetapi teks tidak efektif bagi mereka yang kemampuan membacanya masih relatif rendah.
Teks, Teks, Teks, Teks, Teks, Teks, Teks, Teks.
b. Grafis ialah media yang cocok untuk dipergunakan mengidentifikasi benda, menklasifikasi, menunjukkan hubungan secara spesial, mengkongkritkan sesuatu yang masih bersifat abstrak dan sebagainya. Grafis bila digunakan menyertai teks akan dapat menghemat waktu untuk memahaminya dibanding menggunakan teks saja. Grafis sebagai media pembelajaran dapat mengkombinasikan fakta-fakta, gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara ungkapan kata-kata dan gambar. Pengungkapan itu bisa dalam bentuk sket, diagram, atau grafik.Kelompok media grafis antara lain: bagan, diagram, poster, kartun, dan komik.
c. Foto adalah media yang dapat membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dala bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar. Foto dalam multimedia dapat memberikan informasi tentang benda atau situasi nyata yang tidak memerlukan gerak.


d. Video adalah media yang memiliki begitu banyak manfaat terutama dalam kekuatan visualisasinya, akan tetapi tidak efektif untuk memberikan informasi detail mengenai sesuatu. Video bermanfaat untuk menyampaikan berbagai informasi yang mengandung gerak atau sesuatu benda yang terlalu besar/kecil sehingga sangat sulit diamati oleh penglihatan kita. Selain itu video juga dapat menyampaikan suatu peristiwa penting yang sudah berlalu.
e. Audio adalah media yang efektif bila dikombinasikan dengan media lainnya. Audio selain dapat digunakan untuk memancing perhatian juga cocok untuk tujuan belajar tertentu yang menonjolkan aspek suara asli atau “real sound”. Audo juga dapat digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar. Selain itu audio dapat memperkuat informasi yang diberikan melalui teks, foto, grafik, video, maupun animasi. Audio dalam multimedia dapat berbentuk narasi, dialog, musik, maupun sound effect.
f. Animasi merupakan media yang sangat efektif untuk: menunjukkan hubungan antar obyek atau ide, merangsang tindakan, mendisplay urutan langkah dalam prosedur, menjelaskan konsep yang sulit, dan dipergunakan untuk menggantikan peran video dalam hal keadaan nyata yang tidak bisa didapat. Misalnya petir dengan lidahnya berkilat-kilatan.
Jadi multimedia adalah kombinasi antara teks, grafis, suara, foto, video, dan animasi yang disajikan melalui perangkat komputer atau alat elektronik lainnya.(Mulyanto, 2007:5)

B. Kerangka Berfikir
Di dalam makalahnya dengan judul Pedagogy in Mathematics Education, Tran Vui membahas empat aspek yang berkaitan dengan praktek pembelajaran di kelas yang perlu mendapat perhatian para guru matematika yaitu: kelemahan praktek pembelajaran dengan ceramah, konstruktivisme, pemecahan masalah (problem-solving), dan kontekstualisme (Dikdasmen: 2005).
Praktek pembelajaran dengan ceramah dapat dikatakan hanya lebih menekankan mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) dan kurang atau malah tidak menekankan kepada pemahaman (understanding), bernalar (reasoning), dan memecahkan masalah (problem-solving). Tran Vui menyatakan : constructivism emphasize on the rule of the internal mental processes and installed database of the individual student in his or her learning, pada intinya, konstruktivisme menekankan peran proses mental internal serta kerangka kognitif yang ada di dalam pikiran siswa ketika proses pembelajar sedang berlangsung ; problem solving is put forth as a major method and goal, pemecahan masalah harus diletakkan sebagai tujuan utama dan metode utama pembelajaran matematika, karenanya proses pembelajaran di kelas disarankan untuk dimulai dengan menayangkan masalah nyata yang pernah dialami atau dipikirkan para siswa. Kaitanya dengan kontekstualisme disebutkan bahwa proses pembelajaran hendaklah dimulai dari hal-hal nyata lalu bergerak ke hal-hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan media pembelajaran yang baik.
Multimedia merupakan media pembelajaran yang dapat mengkombinasikan informasi berupa teks, gambar, grafis, foto, audio, animasi, dan video diharapkan dapat menyajikan materi matematika lebih menarik minat belajar siswa, dapat memberikan contoh-contoh keterkaitan atau penggunaan matematika yang sesuai dengan realitas kehidupan sesungguhnya. Sehingga dapat membantu proses abstraksi matematika dari hal-hal yang nyata, dan membantu siswa dalam memahami dan mengkonstruksi pengetahuanya. Multimedia dapat meningkatkan kemampuan mengingat (memorizing) atau menghafal (rotelearning), kemampuan pemahaman (understanding), bernalar (reasoning), dan memecahkan masalah (problem-solving) sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar.
Gambar di bawah ini memperlihatkan komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dalam proses belajar mengajar. Pesan A yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai A pula oleh para siswa. (Sumber: Sadiman, 2006:15)


Selain itu penggunaan multimedia juga akan dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku dalam hal sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika. Melalui multimedia menjadikan pembelajaran matematika lebih menarik dan menyenangkan karena dapat disampaikan dengan bervariasi dan tidak monoton. Melalui multimedia menjadikan pembelajaran lebih kontekstual karena dapat menyajikan contoh-contoh penggunaan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga siswa menyadari bahwa belajar metematika itu bermanfaat, menguntungkan dan menantang. Akhirnya siswa akan mempunyai motivasi dan minat yang tinggi untuk belajar dan mengerjakan soal matematika.
Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD) pada dasarnya didapat dari benda-ben da kongkret atau dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Di dalamnya terdapat pengetahuan prosedural dan pengetahuan dekalratif yang dipelajari tahap demi tahap. Maka model pembelajaran yang dipilih pada materi pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar adalah Pengajaran Langsung (Direct Instruction) yaitu model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan prosedural dan atau pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari tahap demi tahap.

C. Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, kaitannya dengan permasalahan yang ada maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah penerapan model pengajaran langsung (Direct Instruction) dengan multi21 media akan dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika standar kompetensi Bangun Datar Sisi Datar pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas semester II tahun pelajaran 2008/2009.



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember, Kelas VIII A Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Januari 2009 dan dilakukan secara bertahap:
a. Tahap persiapan mencakup pengajuan judul, pembuatan proposal, pembuatan instrumen, permohonan ijin di sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sekolah yang meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan tindakan, dan pengambilan data.
c. Tahap penyusunan, yaitu tahap pengolahan data dan penyusunan laporan.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas sebanyak 42 siswa.

C. Faktor –faktor yang diteliti
Faktor–faktor yang diteliti kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang muncul pada proses pembelajaran, faktor guru yaitu: kemampuan guru menjadi fasilitator pembelajaran di dalam kelas; dan faktor siswa yaitu: minat siswa selama mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa kemampuan menyelesaikan soal.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penerapan model pembelajaran dengan menggunakan multimedia sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan mengembangkan kemampuan siswa atau meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak 2 (dua) siklus. Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting), yang pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan . Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dan dikembangkan oleh Kemmis & McTaggart, seperti ditunjukkan pada diagram berikut:


Adapun proses penelitian dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan tindakan (Planning)
a. Menetapkan jumlah siklus yaitu 2 siklus. Tiap siklus 2 kali tatap muka pembelajaran. Materi pokok yang akan dipelajari adalah Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar.
b. Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat dilakukannya penelitian tindakan yaitu kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.
c. Menyusun rencana pembelajaran (lesson plan) .
d. Mempersiapkan instrumen penilaian.
e. Menyusun format observasi dengan melakukan analisis validitas instrumen.

2. Implementasi Tindakan (action)
Pada tahap ini dilaksanakan tindakan (action) melalui beberapa siklus.
Adapun siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut:
a. Siklus I:
1) Melaksanakan proses pembelajaran sebanyak 2 pertemuan yang masing masing 2 jam pelajaran @ 45 menit.
a) Pertemuan pertama membahas unsur-unsur bangun ruang sisi datar seperti: rusuk, bidang sisi, diagonal bidang sisi, diagonal ruang, dan bidang diagoanal; serta jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
Siswa ditunjukkan contoh benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kubus, balok, prisma, dan limas yaitu dengan menampilkan foto/gambar bangunan gedung, rumah, menara, tenda, piramid, balok kayu, dan lain-lain beserta penjelasanya melalui teks/tulisan dan narasi/cerita yang ditayangkan bersama-sama. Melalui ceramah dan tanya jawab, siswa dibimbing untuk melakukan idealisasi dan abstraksi fakta yang ada ke dalam bentuk kombinasi kubus, balok, prisma atau limas. Dengan animasi, siswa ditunjukkan unsur-unsur bangun ruang, siswa menentukan banyaknya masing-masing unsur dari kubus, balok , prisma dan limas.
Selanjutnya, siswa diberikan proses membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas yang dijelaskan melalui animasi/peragaan yang dibuat dalam program power point.
b) Pertemuan kedua membahas Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar.
Siswa ditunjukkan tampilan foto/gambar bangun-bangun ruang sisi datar beserta jaring-jaringnya. Dengan lembar kerja, siswa dibimbing menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas; dengan cara mencari luas jaring-jaringnya dan atau dengan cara menentukan bentuk dan banyaknya bidang sisi bangun ruang tersebut, kemudian mencari luasnya.
2) Pada saat pembelajaran dilaksanakan observasi oleh observer sesuai dengan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan.
3) Selesai pembelajaran pada pertemuan pertama dilakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari apa yang telah dilakukan, kemudian menyusun perbaikan khususnya efektifitas penggunaan media sejalan dengan hasil refleksi untuk digunakan pada pertemuan kedua.
4) Melaksanakan tes kemampuan siswa sebagai evaluasi siklus I.
b. Siklus II:
1) Melaksanakan proses pembelajaran sebanyak 2 pertemuan yang masing-masing 2 jam pelajaran @ 45 menit.
a) Pertemuan pertama membahas: pengertian dan satuan volume, menentukan volume kubus dan balok.
Dengan memberikan tayangan fakta berupa suatu contoh benda yang diisi dengan benda lain, misalnya gelas atau bak mandi yang berisi air, tangki yang berisi bensin/minysk, bak truk berisisi pasir, dan sebagainya, guru menjelaskan pengertian dan satuan volume. Kemudian siswa dibimbing menemukan rumus volum kubus dan balok dari tayangan animasi kubus/balok besar yang diisi dengan kubus kecil-kecil atau kubus satuan (1cm3).
b) Pertemuan kedua membahas cara menentukan volume prisma dan limas, serta menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan Bangun Ruang Sisi Datar.
Siswa diberikan tayangan dalam bentuk animasi proses penurunan prisma dan limas yang berasal dari suatu kubus atau balok. Dengan mengamati proses tersebut diharapkan siswa dapat menemukan rumus volume prisma dan limas dari menurunkan rumus volume kubus dan balok.
Siswa diberi masalah-masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bangun ruang sisi datar melalui teks, animasi dan tampilan foto/gambar.
2) Pada saat pembelajaran dilaksanakan observasi oleh observer sesuai dengan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan.
3) Selesai pembelajaran pada pertemuan pertama dilakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari apa yang telah dilakukan, kemudian menyusun perbaikan khususnya efektifitas penggunaan media sejalan dengan hasil refleksi untuk digunakan pada pertemuan kedua.
4) Melaksanakan tes kemampuan siswa yang kedua sebagai evaluasi siklus II.
c. Pemantauan (Observing)
Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas tindakan kelas ini dilakukan, maka diperlukan instrumen-instrumen pengamatan dan evaluasi yang terinci sehingga dapat digunakan alat ukur keberhasilan (measure echievement). Data diperoleh melalui observasi, angket, dan tes. Cara pengamatan dilaksanakan oleh observer dan peneliti.
d. Refleksi (reflection)
Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan tindakan kelas setiap siklus sebagai bahan acuan perbaikan pada tindakan kelas berikutnya, maka diperlukan analisis masalah yang terjadi terutama yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar, tanggapan, dan rencana pembelajaran berikutnya. Pada tahap ini rumusan masalah yang digunakan sebagai pedoman keberhasilan, antara lain: Apakah proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana?, Bagaimana tingkat pencapaian hasil belajar? dan perubahan apa yang terjadi pada siswa dan guru?

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data yang akan diambil selama penelitian diperoleh dengan cara melakukan dokumentasi, angket, observasi, dan tes. Untuk memperoleh data dan keterangan – keterangan yang dibutuhkan diperlukan :
1. Sumber data adalah siswa dan guru
2. Jenis data, jenis data yang didapat adalah kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari:
a. Data hasil belajar
b. Data hasil observasi pada pelaksanaan pembelajaran.
Cara Pengambilan data:
1. Data hasil belajar dengan memberikan tes pada siswa.
2. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan dengan menggunakan lembar angket minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Data tentang kemampuan guru menjadi fasilitator pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi guru.
4. Untuk memperoleh data awal digunakan dokumentasi hasil belajar siswa sebelumnya.


F. Validasi Data
Peneliti menyusun tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada akhir siklus. Sebelum tes diberikan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran dari tiap-tiap butir. Jika terdapat butir yang tidak valid maka dilakukan perbaikan-perbaikan pada butir soal tersebut. Tes yang sudah melewati tahap perbaikan dan valid, akan diberikan pada tes akhir siklus.
Ujicoba dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara memberikan tes kepada kelompok yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan pada kelompok lain , yaitu kelas VIII B dengan jumlah 40 anak. Setelah instrument diujicobakan, langkah selanjutnya ialah menganalisis hasil uji coba instrumen, meliputi:
1. Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, yaitu memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi produt moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi produt moment dengan angka kasar :


(Suharsimi Arikunto,2001:73)
Dengan,
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
X = skor tiap butir soal
Y = skor total yang benar dari tiap subyek
N = jumlah subyek
Interpretasi besarnya koefisien korelasi positif yaitu:
a. Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
c. Antara 0,400 sampai dengan 0,60 = cukup
d. Antara 0,200 sampai dengan 0,40 = rendah
e. Antara 0,000 sampai dengan 2,00 = sangat rendah
( Suharsimi Arikunto, 2001:75)

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara antara lain:
a. Dengan melihat harga r dan diintreprestasikan
b. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga dapat diketahui sifgnifikan tidaknya korelaksi. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu sebaliknya.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki kepercayaan yang tinggi jika tes dapat tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jika hasilnya berubah-ubah maka dapat dikatakan tidak berarti. Sehingga pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Rumus yang digunakan untuk mencari realibilitas soal tes bentuk uraian dalam rumus alpha, yaitu:



( Suharsimi Arikunto, 2001: 109 )
Rumus varian butir soal, yaitu:


Harga yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel produt moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r hitung > r tabel maka item soal yang diujikan bersifat valid ( Suharsimi Arikunto,2001:97)
3. Daya Pembeda
Menurut Whitney dan Sabers cara menghitung daya pembeda soal bentuk uraian dengan menentukan siswa yang termasuk kelompok atas (25%) dan kelompok bawah (25%), selanjutnya digunakan rumus:


Dengan :



4. Tingkat Kesukaran
Menurut Whitney dan Sabers cara menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian dengan menentukan siswa yang termasuk kelompok atas (25%) dan kelompok bawah (25%), selanjutnya digunakan rumus:




Dengan,
P = tingkat kesukaran
 A = jumlah skor kelompok atas
 B = jumlah skor kelompok bawah
N = 25% peserta tes
Skormaks= skor maksimal setiap butir soal
Skormin= skor minimal setiap butir soal

Menurut Fernandes kategori tingkat kesukaran butir soal adalah sebagai berikut:
P 0,76 = mudah
0,25 P 0,75 = sedang
P 0,24 = sukar
( Noehi Nasution, 2002: 5.16 )
Untuk memperoleh hasil yang baik, sebagai proporsi antara tingkat kesukaran item dijabarkan dengan asumsi bahwa kelompok siswa ( testi) itu distribusinya secara normal sehingga proporsi tersebut dapat diatur sebagai berikut:
a. Item sukar 25%, item sedang 50%, item mudah 25% atau
b. Item sukar 20%, item sedang 60%, item mudah 20% atau
c. Item sukar 15%, item sedang 70%, item mudah 15%
Dapat dikatakan bahwa penyusunan suatu item dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan item, maka diharapkan hasil yang diperoleh siswa dapat menggambarkan prestasi yang sebenarnya.

G. Analisa Data
Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data dalam PTK , yaitu:
1. Analisis kualitatif, digunakan untuk menggambarkan perubahan perilaku, kegiatan, sikap siswa dan guru dalam pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam mengikuti proses belajar dan aktifitas guru dalam pembelajaran matematika, maka dilakukan analisa pada instrument lembar angket dan observasi dengan menggunakan skala perbedaan semantic (semantic differential).
2. Analisis Kuantitatif, digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemajuan peningkatan yang terdiri dari segi daya serap atau rata-rata nilai ulangan harian dan ketuntasan belajar yang akan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabel.
Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan belajar individu, menggunakan analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan sebagai berikut :


Batas ketuntasan belajar individu adalah 65% atau mempunyai nilai minimal 65. Dari perhitungan ini juga dapat daya serap atau rata-rata nilai ulangan harian.




Data yang diperoleh dari ketuntasan belajar individu dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal, menggunakan analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan sebagai berikut:




H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja sejalan dengan tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya minat belajar dan hasil belajar siswa, dengan tetap mempertimbangkan faktor kemampuan guru sebagai fasilitator pembelajaran Untuk keperluan mengklasifikasikan kualitas guru dalam pembelajaran dengan Skala Perbedaaan Semantik, ditentukan kriteria pencapaian kinerja guru secara kualitatif menurut interval nilai sebagai berikut :
Baik sekali ≥ 90 ; 80 ≤ Baik < 90 ; 60 ≤ Cukup < 80 ; Kurang ≤ 60 .
Sedangkan indikator kinerja untuk tingkat keberhasilan siswa ditentukan sebagai berikut:
1. Khusus untuk keperluan klasifikasi meningkatnya kualitas minat belajar belajar, peneliti menentukan kriteria dengan prosentase kenaikan sebagai berikut :
Baik sekali ≥ 25 %; 15% < Baik < 25 %; 10 % ≤ Sedang < 15%; Kurang ≤ 10%.
Dengan tetap mempertimbangkan kualitas guru sebagai fasilitator pembelajaran minimal baik, diharapkan pencapaian kenaikan minat belajar siswa juga memenuhi kriteria minimal baik.
2. Adapun untuk keperluan klasifikasi meningkatnya kualitas hasil belajar berupa meningkatnya tingkat ketuntasan belajar dan rata-rata nilai ulangan harian, peneliti menentukan kriteria dengan prosentase kenaikan sebagai berikut:
Baik sekali ≥ 15 %; 10% < Baik < 15 %; 5 % ≤ Sedang < 10%; Kurang ≤ 5%.
Dengan tetap mempertimbangkan kualitas guru sebagai fasilitator pembelajaran minimal baik, diharapkan pencapaian kenaikan hasil belajar siswa juga memenuhi kriteria minimal baik.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Awal
Tempat yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember. Jumlah kelas di sekolah ini cukup banyak, terdiri dari siswa kelas VII sebanyak 6 kelas, kelas VIII dan IX masing-masing 5 kelas, tetapi berasal dari penerimaan siswa baru (PSB) yang masih kurang selektif karena hampir semua pendaftar dinyatakan diterima.
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas Kabupaten Jember. Jumlah siswa kelas VIII A adalah 42 orang, terdiri dari 14 orang laki-laki dan 28 orang perempuan. Latar belakang mereka antara lain : (i) berasal dari lingkungan masyarakat pedesaan yang kesadaran pendidikannya kurang sehingga budaya belajar di lingkungan itu juga rendah, (ii) terlahir dari keluarga yang ekonominya kurang mampu (sebagian besar orang tua mereka adalah petani dan nelayan, tidak sedikit di antara mereka hanya menggarap sawah milik orang lain), (iii) dukungan belajar dari orang tua juga rendah.
Dari latar belakang siswa yang demikian itu, pada beberapa tahun terakhir ini Sekolah mengambil kebijakan untuk melengkapi fasilitas pembelajaran seperti penambahan komputer/laptop, pembelian LCD proyektor, pemasangan internet dan lain-lain dengan tujuan untuk membantu kelancaran proses kegiatan belajar mengajar, meningkatan minat, aktifitas dan hasil belajar siswa.
Untuk memperoleh data awal (pra-tindakan penelitian) melalui angket dan dokumentasi, maka minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VIIIA dapat dilaporkan sebagai berikut:

Tabel 2: Data Minat Siswa Terhadap Belajar dan Mengerjakan Soal
Matematika Kelas VIII A



B. Uji Instrumen
Dari uji coba instrumen tes hasil belajar diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,601 dan termasuk dalam kriteria baik. Dari 11 item soal terdapat 9 butir yang valid sehingga bisa digunakan untuk mengambil data, yaitu 5 soal untuk evaluasi akhir siklus I dan 4 soal untuk evaluasi akhir siklus II. Hasil uji coba instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5,6,7,8 dan 9.

C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Siklus I
Pada bagian ini disampaikan deskripsi siklus I dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan sampai refleksi. Siklus pertama direncanakan dua kali pertemuan. Materi yang dibahas pada siklus I adalah Unsur-unsur Bangun Ruang Sisi Datar dan Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar.
a. Perencanaan
Pada siklus pertama, tindakan yang direncanakan untuk mengatasi permasalahan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia untuk dua kali pertemuan. Adapun model pembelajaran yang digunakan adalah Direct Instruction. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10.
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa mengerjakan LKS setelah penyampaian bahan ajar dengan multimedia dilakukan.
(Lampiran 10)
3) Menyusun Instrumen Penilaian yaitu kisi-kisi dan naskah soal evaluasi siklus I. Soal ini dipilih dari soal hasil ujicoba di kelas VIII B yang telah memenuhi kriteria valid, realibel, serta mempunyai daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik.(Lampiran 12 dan 13)
4) Menyusun lembar angket minat siswa dalam belajar matematika.
(Lampiran 18)
5) Menyusun lembar observasi untuk Penilaian Guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
(Lampiran 19)
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Januari 2009 dan hari Selasa tanggal 6 Januari 2009.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu Sintak Model Direct Instruction yang terdiri dari beberapa fase.
Pada fase pertama, Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Yaitu dengan cara menjelaskan tujuan, mengingatkan kembali materi prasyarat, dan mengkondisikankan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Pada fase kedua, Guru mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase kedua pertemuan pertama, melalui model/kerangka/ sebuah jaring-jaring kubus dan balok, dibahas pengertian dan unsur-unsur (bagian-bagian) bangun ruang sisi datar. Selanjutnya melalui multimedia siswa ditunjukkan contoh benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kubus, balok, prisma, dan limas yaitu dengan menampilkan foto/gambar bangunan gedung, rumah, menara, tenda, piramid, balok kayu, dan lain-lain selanjutnya dilakukan idealisai menjadi gambar kubus, balok, prisma, dan limas beserta penjelasan unsurunsurnya melalui teks/tulisan dan animasi. Hal ini bertujuan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan sebagai bekal siswa untuk membangun kemampuan mengkonstruksi dan menemukan pengetahuan.
Fase kedua pertemuan kedua, melalui model/kerangka/ sebuah jaring-jaring kubus dan balok, dibahas pengertian Luas Permukaan bangun ruang sisi datar. Selanjutnya melalui multimedia siswa ditunjukkan tampilan foto/gambar bangun-bangun ruang sisi datar beserta jaring-jaringnya. Dengan lembar kerja, siswa dibimbing menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas; dengan cara mencari luas jaring-jaringnya dan atau dengan cara menentukan bentuk dan banyaknya bidang sisi bangun ruang tersebut, kemudian mencari luasnya.
Pada fase ketiga, Guru memberikan latihan terbimbing. Yaitu dengan cara siswa mengerjakan lembar kerja yang bersifat individu dan kelompok dan soal latihan pada buku paket.
Pada fase keempat, Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Yaitu dengan cara siswa memaparkan tugas kelompoknya, beberapa siswa mengerjakan tugas/pekerjaan rumah di depan kelas.
Pada fase kelima, Guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari yaitu berupa masalah-masalah yang berkaitan dengan kerangka dan luas permukaan bangun ruang sisi datar.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap guru.
a) Pada kegiatan pendahuluan guru sudah melakukan apersepsi dengan baik, tetapi waktu saat mulai mengajar terlambat.
b) Suara, penggunaan metode mengajar, dorongan agar siswa aktif, pengelolaan kelas, penguasaan dan penyajian bahan pelajaran, suasana pembelajaran sudah baik, tetapi penggunaan waktu kurang efisien akibatnya akhir siklus I harus menambah satu kali pertemuan lagi untuk pembahasan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan perhitungan kerangka dan luas permukaan bangun ruang sisi datar.
c) Pengajaran sudah berorientasi pada sasaran, pengecekan pemahan siswa sudah dilakukan, menanggapi pertanyaan siswa sudah baik, pertanyaan dan tehnik bertanya bervariasi, tetapi distribusi pertanyaan tidak merata.
Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.
2) Pengamatan terhadap siswa.
a) Secara umum perhatian siswa terhadap penyajian materi dengan multimedia cukup baik, beberapa siswa diam saja sambil menyaksikan, ada juga yang berkomentar, tetapi kebanyakan siswa selalu ingin mencatat semua materi yang ditayangkan.
b) Beberapa siswa masih kesulitan dalam menggambar bangun ruang sisi datar.
c) Siswa memerlukan bimbingan dan penjelasan guru dalam menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan.
d) Pengamatan terhadap minat siswa dalam belajar dan mengerjakan soal matematika pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 21.
e) Pengamatan terhadap kemampuan siswa mengerjakan soal dapat dilihat pada hasil evaluasi akhir siklus I. (Lampiran 24)
d. Refleksi
Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan di kelas, selanjutnya diadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil refleksi siklus I sebagai berikut:
1) Sebelum masuk jam pelajaran sebaiknya guru telah mempersiapkan media yang digunakan agar pembelajaran dapat dimulai/ diakhiri tepat waktu sehingga waktu yang digunakan lebih efisien.
2) Seharusnya guru mengecek pemahaman siswa, dengan distribusi pertanyaan yang merata.
3) Guru perlu menyampaikan bahwa pada waktu pembahasan materi pelajaran siswa tidak perlu mencatat dahulu materi yang ditayangkan. Karena dapat dilakukan pada saat membuat rangkuman (kegiatan penutup).
4) Guru perlu menegaskan kembali konsep-konsep tertentu dengan pembahasan melalui papan tulis, misalnya bagaimana cara menggambar bangun ruang sisi datar.

2. Siklus II
Pada bagian ini akan disampaikan deskripsi siklus II dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan sampai refleksi. Siklus kedua direncanakan dua kali pertemuan. Materi yang dibahas adalah Volum Bangun Ruang Sisi Datar.
a. Perencanaan
Dengan mempertimbangkan pengamatan dan hasil refleksi pada siklus I maka tindakan pada siklus kedua ini akan diadakan perbaikan, selanjutnya kembali dilakukan rencana tindakan sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia untuk dua kali pertemuan. Adapun model pembelajaran yang digunakan adalah Direct Instruction. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11.
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa mengerjakan LKS setelah penyampaian bahan ajar dengan multimedia. (Lampiran 11)
3) Menyusun Instrumen Penilaian yaitu kisi-kisi dan naskah soal evaluasi siklus II. Soal ini dipilih dari soal hasil ujicoba di kelas VIIIB yang telah memenuhi kriteria valid, realibel, serta mempunyai daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik. (Lampiran 14 dan 15)
4) Menyusun lembar angket minat siswa dalam belajar matematika. (Lampiran 18)
5) Menyusun lembar observasi untuk Penilaian Guru dalam pelaksanaan pembelajaran. (Lampiran 19)
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Januari 2009 dan hari Selasa tanggal 20 Januari 2009. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu Sintak Model Direct Instruction yang terdiri dari beberapa fase.
Pada fase pertama, Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Yaitu dengan cara menjelaskan tujuan; mengingatkan kembali materi prasyarat seperti satuan volume, menentukan luas dan keliling segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium; dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Pada fase kedua, Guru mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase kedua pertemuan pertama, melalui multimedia diberikan tayangan fakta berupa suatu contoh benda yang diisi dengan benda lain, misalnya gelas atau bak mandi yang berisi air, tangki yang berisi bensin/minyak, bak truk berisisi pasir, dan sebagainya, guru menjelaskan pengertian dan satuan volume. Dengan ceramah, tanya jawab dan lembar kerja siswa menemukan rumus volum kubus dan balok setelah mengamati tayangan animasi kubus/balok besar yang diisi dengan kubus kecil-kecil atau kubus satuan.
Fase kedua pertemuan kedua, Siswa diberikan tayangan dalam bentuk animasi proses penurunan prisma dan limas yang berasal dari suatu kubus atau balok. Dengan ceramah, tanya jawab, lembar kerja dan mengamati proses tersebut siswa menemukan rumus volume prisma dan limas dari menurunkan rumus volume kubus dan balok.
Pada fase ketiga, Guru memberikan latihan terbimbing. Yaitu dengan cara siswa mengerjakan lembar kerja yang bersifat individu dan kelompok dan soal latihan pada buku paket.
Pada fase keempat, Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Yaitu dengan cara siswa memaparkan tugas kelompok, dan beberapa siswa mengerjakan tugas/pekerjaan rumah di depan kelas.
Pada fase kelima, Guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari yaitu berupa masalah-masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang sisi datar.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap guru.
a) Pada kegiatan pendahuluan guru sudah melakukan apersepsi dengan baik, waktu saat mulai mengajar tepat.
b) Suara, penggunaan metode mengajar, dorongan agar siswa aktif, pengelolaan kelas, penguasaan dan penyajian bahan pelajaran, suasana pembelajaran sudah baik, dan penggunaan waktu sudah efisien .
c) Pengajaran sudah berorientasi pada sasaran, pengecekan pemahaman siswa sudah dilakukan, menanggapi pertanyaan siswa sudah baik, tetapi pertanyaan dan tehnik bertanya kurang bervariasi dan distribusi pertanyaan masih kurang merata.
Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23.
2) Pengamatan terhadap siswa.
a) Perhatian siswa terhadap penyajian materi dengan multimedia sudah lebih baik, siswa tidak lagi mencatat semua materi yang ditayangkan, tetapi lebih pada cara mengikuti alur tayangan.
b) Sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan.
c) Sebagian siswa meminta guru untuk menjelaskan kembali konsep yang sulit dipahami melalui pembahasan di papan tulis.
d) Pengamatan terhadap minat siswa dalam belajar dan mengerjakan soal matematika pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 22.
e) Pengamatan terhadap kemampuan siswa mengerjakan soal dapat dilihat pada hasil evaluasi akhir siklus II. (Lampiran 25)
d. Refleksi
1) Dengan mempersiapkan media yang digunakan sebelum masuk jam pelajaran pembelajaran dapat dimulai/ diakhiri tepat waktu.
2) Waktu yang digunakan lebih efisien.
3) Seharusnya guru mengecek pemahaman siswa, dengan distribusi pertanyaan yang merata, yaitu lebih banyak memberikan pertanyaan yang bersifat individual dengan menggunakan teknik yang bervariasi.
4) Walaupun telah menggunakan multimedia, guru tidak boleh sama sekali meninggalkan pembelajaran dengan menggunakan model/benda-benda nyata yang bisa dipegang dan diraba, serta penjelasanpenjelasan tertentu yang menggunakan papan tulis, penggaris, kapur berwarna dan alat bantu lain yang dibutuhkan.
D. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan dari tiap-tiap siklus dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Data hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 1: Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Pembelajaran, Minat Siswa, Rerata Nilai Evaluasi Akhir Siklus , dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I


Hasil pengukuran kemampuan guru pada siklus I mendapat nilai 73,33 atau memperoleh skor 11 dari 15 skor/jenis kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai fasilitator pembelajaran.(Lihat lampiran 23)
Hasil angket minat siswa dalam belajar dan mengerjakan soal matematika menunjukkan bahwa dari 42 siswa yang menyatakan menarik dan tidak membosankan sebanyak 24 orang atau 57,14%, menyatakan senang dan tidak terpaksa 21 orang atau 50,00%, menantang 17 orang atau 40,48%, bermanfaat dan menguntungkan 35 orang atau 83,33%, dan 15 orang atau 35,71% menyatakan mudah dan tidak berat. Sehingga diperoleh prosentase minat siswa sebesar 53,33%.(Lihat lampiran 21)
Dari hasil siswa mengerjakan soal tes/evaluasi pada akhir siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 60,95. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak 17 orang dari 42 orang siswa. Sehingga pencapaian prosentase ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 40,48 %.(Lihat lampiran 25)
2. Siklus II
Data hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 2 : Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Pembelajaran, Minat Siswa, Rerata Nilai Evaluasi Akhir Siklus , dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II.


Hasil pengukuran kemampuan guru pada siklus II mendapat nilai 86,67 atau
memperoleh skor 13 dari 15 skor/jenis kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai fasilitator pembelajaran.(Lihat lampiran 24)
Hasil angket minat siswa belajar dan mengerjakan soal matematika menunjukkan bahwa dari 42 siswa yang menyatakan menarik dan tidak membosankan sebanyak 32 orang atau 79,19%, menyatakan senang dan tidak terpaksa 30 orang atau 71,43%, menantang 22 orang atau 52,38%, bermanfaat dan menguntungkan 38 orang atau 90,48%, dan 17 orang atau 40,48% menyatakan mudah dan tidak berat. Sehingga prosentase minat siswa pada siklus II sebesar 66,19%.(Lihat lampiran 22)
Dari hasil siswa mengerjakan soal tes/evaluasi pada akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 68,69. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 sebanyak 25 orang dari 42 orang siswa. Sehingga pencapaian prosentase ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 59,52 %. (Lihat lampiran 26)

E. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengukuran kinerja sebelum dan setelah dilakukannya tindakan dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 3: Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Pembelajaran, Minat Siswa, Evaluasi Akhir Siklus , dan Ketuntasan Belajar


Untuk lebih jelasnya akan disampaikan hasil penelitian selama menerapkan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) dengan multimedia kaitannya dengan upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, ditinjau dari tiap-tiap faktor yang diteliti.
1. Kemampuan Guru menjadi Fasilitator Pembelajaran
Dari observasi yang dilakukan untuk menilai kemampuan guru selama menjadi fasilitator pembelajaran di dalam kelas, diperoleh hasil sebagai berikut:


Berdasarkan hasil diatas, terjadi peningkatan kinerja guru dari siklus I ke siklus II. Dan sesuai dengan indikator keberhasilan kinerja guru yang telah ditetapkan pada awal penelitian tindakan ini, maka secara keseluruhan kinerja guru telah memenuhi kriteria baik.
2. Minat Siswa terhadap Belajar dan Mengerjakan Soal Matematika Dari angket minat siswa dalam belajar dan mengerjakan soal matematika diperoleh hasil sebagai berikut:
Grafik 4: Peningkatan Minat Siswa terhadap Belajar Matematika


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa kenaikan prosentase minat belajar siswa dari Pra-siklus ke Siklus I adalah 9,04 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 20,41%. Sedangkan kenaikan prosentase minat belajar dari Siklus I ke Siklus II adalah 12,86 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 24,11%.
Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka peningkatan minat siswa memenuhi kriteria baik. Sehingga penelitian tindakan ini dikatakan berhasil meningkatkan minat siswa.
3. Hasil Belajar Siswa yang Berupa Ketuntasan Belajar dan Rata-rata Nilai Ulangan Harian.
Dari analisis evaluasi siklus I dan II diperoleh hasil ketuntasan belajar siswa dan rata-rata nilai evaluasi (ulangan harian) sebagai berikut:
Grafik 5 : Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dan Rata-rata Nilai Ulangan Harian


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa kenaikan prosentase ketuntasan belajar siswa dari Pra-siklus ke Siklus I adalah 4,77 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 13,35%. Sedangkan kenaikan prosentase ketuntasan belajar dari Siklus I ke Siklus II adalah 19,44 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 48,50%.
Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka peningkatan ketuntasan belajar siswa memenuhi kriteria baik sekali.
Sedangkan dari rata-rata nilai ulangan harian (evaluasi akhir siklus) diketahui bahwa kenaikan nilai rata-rata dari Pra-siklus ke Siklus I adalah 5,55 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 10,02%.
Sedangkan kenaikan nilai rata-rata dari Siklus I ke Siklus II adalah 7,74 atau mempunyai prosentase kenaikan sebesar 12,70%. Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka peningkatan rata-rata nilai ulangan harian memenuhi kriteria baik. Sehingga penelitian tindakan ini dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa peningkatan ketuntasan dan rata-rata nilai ulangan harian. Beberapa penelitian yang mendukung dan relevan dengan hasil penelitian tindakan di atas antara lain Mayer dan Anderson, Mousavi dan Sweller.
Mayer dan Anderson (1992) meneliti tentang instruksi animasi dalam pengajaran yang dapat membantu siswa membangun hubungan antara kata dengan gambar dalam pembelajaran multimedia, dimana hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan penjelasan narasi bersamaan animasi mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang diberikan narasi atau aminasi saja.
Mousavi dan Sweller (1995) meneliti tentang pengurangan muatan kognitif dengan membaurkan model presentasi audio dan visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber informasi yang beragam menghasilkan muatan kognitif yang besar, kapasitas kognitif yang efektif bisa ditingkatkan bila digunakan audio dan visual.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gumukmas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan multimedia membantu dan meringankan tugas guru dalam kegiatan pembelajaran. Multimedia sangat membantu guru dalam menyampaikan informasi sehingga menjadikan guru tidak cepat lelah.
2. Pembelajaran dengan multimedia dapat meningkatan motivasi dan minat siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat pada besarnya kenaikan prosentase minat siswa setelah penelitian tindakan dilakukan.
3. Penerapan model pengajaran langsung (Direct Instruction) dengan multimedia dapat meningkatan hasil belajar matematika, khususnya meningkatnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi Bangun Ruang Sisi Datar. Hal ini terlihat pada besarnya kenaikan prosentase ketuntasan belajar klasikal dan nilai rata-rata yang dicapai siswa setelah tindakan dilakukan.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah disampaikan dimuka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut:
1. Dengan diperolehnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka mendukung teori yang ada. Pembentukan stimulus melalui pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan penggunaan sebagian besar panca indera meng-akibatkan tejadinya perubahan tingkah laku dan merangsang proses berfikir siswa , sehingga belajar berlangsung optimal.
2. Penggunaan multimedia merangsang kreatifitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran, khususnya pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka ada beberapa hal yang peneliti sarankan, yaitu:
1. Untuk meningkatkan motivasi, minat, aktifitas dan hasil belajar siswa, guru perlu mencoba model pembelajaran dengan multimedia pada materi atau pokok bahasan yang lain.
2. Penggunaan model dan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dapat menjadikan pembelajaran tidak efektif, maka sebaiknya guru memilih model dan media yang tepat.
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah sebaiknya mempunyai media pembelajaran yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bloom, Benyamin. Et al. 1981. Taxonomi of Educational The Classification of Educational Goals: Hand Book I, Cognitive Domayn. New York: Longman.
DePorter, Bobbi.1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa
Dikdasmen. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Matematika ,buku 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
-------------. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Matematika ,buku 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
http://journal.unair.ac.id/filterPDF/ Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multi-media: Peran Modality dan Contiguity terhadap Peningkatan Hasil Belajar.pdf
Ismail, dkk. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
J.S.Badudu. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Hand Book. Bandung: Kaifa
Mulyanto. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif. Semarang: LPMP Jawa Tengah
Noehi Nasution, Adi Suryanto. 2002. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Samsul Hadi. 2007. Aplikasi Matematika 2 SMP. Jakarta: Yudhistira.
Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.